SEPENGGAL SAJAK UNTUK JEJAK TERTINGGAL - Sajak Pelukis Jejak

Sajak Pelukis Jejak

Disaat jejak mulai berpijak, Disitulah sajak mulai bersejak.

Selamat Datang di Blog Mata Sami

Thursday, December 26, 2019

SEPENGGAL SAJAK UNTUK JEJAK TERTINGGAL

Kupang, 25 Desember 2019
Pukul 00.01

Suara mercon bersahutan dari kejauhan. Kembang api menyemburkan pijar-pijar api ke udara, meledakkan dirinya secara sukarela. Serpihannya bertaburan diangkasa, melukiskan warna-warni mempesona, lalu hilang entah kemana, menyisakan senyum diwajahmu yang lagi-lagi membuatku terpana.

Lagu "we wish you a merry christmas" bergema di hampir setiap rumah, membuat suasana malam ini damai dan ramah. Orang-orang pulang pergi mengunjungi sanak famili, menyambung tali silaturrahmi. Meski tak ikut merayakannya tapi melihat saudara kita bersuka cita, kita pun turut bergembira.

Dari jauh terlihat wajah-wajah ceria dipenuhi senyuman, membungkuk menyambut tamunya yang datang dengan bersalaman. Sementara dari dekat ada senyummu yang menawan, ada aku yang pasrah tertawan. Langkah kita beriringan, sebagaimana hati kita yang berdampingan. Perlahan kita berjalan, menuju tempat dimana canda tawa mengalir tak tertahankan.

Malam ini terasa sempurna bagiku. Raga yang sempat terpisah beberapa waktu akhirnya bertemu. Mata kita kembali beradu, terlihat jelas raut wajahmu yang sendu. Rindu yang sudah mulai menggunung, mencair diterpa canda tawa tak berujung.

Bahagia terpancar diwajah kita, bahagia yang aku tak mau ia pergi begitu saja. Bahagia yang ku ingin terus abadi selamanya, dalam jejak maupun sajak. Bahagia yang terlalu manis untuk dilupakan, terlalu indah menjadi kenangan. Sangat naif bila ku biarkan kenangan ini berkeliaran di story dan linimasa, lalu hilang termakan masa, tanpa meninggalkan jejak yang nyata. 

Satu langkah pasti adalah pengabadian.

Meski aku tahu bahwa beribu bait puisi, tak mampu mewakili gembiranya hati. Bahkan sejuta syair lagu yang merdu, tak akan semerdu tawamu yang membuat kalbu terasa syahdu. Tapi biarkanlah sajakku yang hanya sepenggal, melukis lagi jejak kita yang akan tertinggal.

Hingga nanti bila raga kita telah renta dan lelah, langkah kita sudah mulai melemah. Kita masih bisa duduk bersama dikala langit mulai memerah, ditemani secangkir kopi dan teh. Kita menikmati senja yang perlahan mulai menghilang. Lalu sore pergi malam pun datang, bulan mulai bersinar terang. Begitu juga dengan gemintang, menunggu kita nikmati indahnya dari kejauhan. Sementara ada kita yang masih  larut dalam kenangan.

Kita masih mengenang bahwa pernah disuatu malam yang ramai, kita menepi mencari sepi. Tepatnya di 25 desember 2019, kita pernah tertawa puas, bercanda dengan begitu lepas. Kita pernah bahagia sejadi-jadinya, bahagia yang kita ingin selamanya ada. Selalu, hingga waktu tak lagi berlalu.  
..

No comments:

Post a Comment