SAJAK DISUATU MALAM - Sajak Pelukis Jejak

Sajak Pelukis Jejak

Disaat jejak mulai berpijak, Disitulah sajak mulai bersejak.

Selamat Datang di Blog Mata Sami

Wednesday, December 18, 2019

SAJAK DISUATU MALAM

Sabtu, Sebulan Kita
Pukul : 00.01
Ketapang 1

Ahmad samiun

Jemari ini kembali menulis, dikala bulan sedang duduk manis. Menanti mentari pagi datang membawanya pergi lagi.
Entah untuk siapa penantian sang bintang, yang jelas penantianku telah berujung. Adalah dirimu, tempat segalaku berpulang. 

Canda tawa para sahabat megelilingi kita dimalam itu memastikan bahwa kita tak sendiri.
Ada sahabatmu yang selalu mengerti,
Ada sahabatku yang tak kan terganti. 
Mereka mengukir senyum disaat kita sedih,
Mereka mengusir penat dikala kita lelah.
Mereka yang terbaik, selalu jadi yang terbaik. 

Dan benar..
Senyum kita kembali hadir melukis bibir.
Resah dan gelisah sudah terusir, semua lelah lunas terbayar.
Segala penat pergi tanpa pamit.
Lalu bagaimana dengan rindu..?

Hanya rindu yang belum bertemu.

Rutinitas yang menghadirkan keluh diseharian penuh, hampir membuatku punah termakan jenuh.
Rutinitas mengikis habis waktuku secara perlahan, membunuh kita secara diam-diam. 
Raga yang sejatinya dekat, harus rela dipisah oleh sekat.

Bahkan bertanya perihal kabarmu kutinggalkan. 
Kataku tak masalah, tak ada yang salah. 
Semua demi impian masa depan, mau tak mau rindumu harus ku abaikan. 
Satu yang pasti bahwa rindumu tak bertepuk sebelah tangan. Tak akan pernah mungkin.

Seperti bernyawa rinduku terus tumbuh, walaupun berkali-kali ku coba bunuh. Dan memang dia tak akan pernah mau mati terbunuh. Sebab rindu bukan soal raga yang mulai terpisah jauh, tetapi karena rindu bagian dari rasa yang akan selalu bertambah. Dia hanya akan semakin subur bila disiram dengan pupuk bernama jarak.

Maka Percayalah bahwa rinduku telah sampai diujung batas. Sekali lagi karena rutinitas.

Entah waktunya kapan..
Aku rindu saat dimana senyummu menyapaku seharian.
Biarpun hanya sehari, tetapi sangat berarti jika dipenuhi senyummu yang menawan.

Senyum yang pernah membuatku luluh lantah,
Senyum yang mampu menguatkanku ketika rapuh,
Senyum yang sanggup membuatku bangkit dikala jatuh,
Senyum yang menjadi alasanku tetap semangat melangkah jauh.

Namun kini senyum itu semakin jarang dalam tatapan, 
Cuman bisa ku nikmati dalam hayalan,
Hanya bisa ku pandangi dalam ingatan,
Tanpa pernah berhenti untuk mendoakan,
Semoga senyum itu tak kan pernah menghilang.
Selama-lamanya dari sekarang.

Hingga nanti bila keriput mulai mencoba menghapusnya perlahan, senyummu tetaplah berarti untukku yang mungkin sudah beruban. Aku akan terus merindukannnya tanpa berpaling, selamanya senyummu adalah sumber segala rinduku berpulang.

Iyaa.. Kau bisa jadi rumah, tempatku berteduh.
Atau pelabuhan, tempat rinduku berlabuh.
Yakinlah.. sejauh mana kaki membawa pergi, aku akan tetap kembali, meski dengan langkah yang tertatih-tatih.

Karena bagiku kau seperti dermaga, tempat raga melabuhkan rasa. Kaulah tempat segalaku bermuara, hingga raga ini terbujur kaku tanpa suara.
..







6 comments:

  1. Sungguh ku merasa resah untuk menilai sesuatu yang indah

    ReplyDelete
  2. Untuk semuanya, ijinkan Amin Abang memeluk erat rindu kalian✌😁

    Merindulah, bahkan jika itu menyebabkan derita maka menderitalah sehancur-hancurnya, esok kalian akan benar2 menghargai setiap detik kebersamaannya 😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ehehehe..
      Sy tida tau mau balas apa lagi bang.
      Kata2 sdh hbis tercuri.😀
      Cuman bisa senyum2 dan mengijinkan amin abang.☺😊

      Delete