Kupang, 31 Desember 2019
Pukul 00.00
Alfamart Tofa
Jl. Amabi
Petir merintih dalam tangis,
Guntur bergemuruh sadis,
Air mata langit terus memetes ,
Mewakili hati yang menagis.
Dua ribu sembilan belas.
Tak terasa jumpa kita telah tiba diujung batas,
Jumpa yang terlalu singkat untuk bahagia panjang yang telah kau lukis.
Mesranya perjumpaan yang tak ingin cepat terputus,
Nyatanya akan segera berakhir membuatku pupus.
Teringat saat pertama kali kita berpapas,
Aku memintamu jangan beri duka dan luka mengganas.
Dan benar, kau memberiku suka cita tak terbatas,
Suka cita yang ku harap terus ada hingga ujung napas.
Namun kini kau harus ku lepas,
Mau tak mau, rela tak rela ku iklas.
Bukannya mengusirmu secara halus,
Memang karena usiamu yang berbatas.
Perjalanan kita telah sampai dibulanmu yang kedua belas,
365 harimu pun sebentar lagi akan habis.
Saat-saat terakhir kebersamaan kita semakin menipis, terkikis detik yang perlahan menguras,
Detik-detik perpisahan kita akan segera dihitung mundur dengan keras.
Maka sebelum kau pergi meninggalkan kenangan membekas,
Perkenankan aku mengucap terima kasihku yang cuma seberkas.
Terimalah, aku mengucapnya dengan tulus ikhlas.
Jikalau berkenan dan berkening, anggap saja aku sedang mengecup keningmu sebelum kita benar-benar saling melepas.
Sekali lagi dengar dan terimalah, tak perlu kau balas.
Jejakmu akan abadi dalam sajak yang kulukis,
Tak apa-apa, tak usah kau baca yang kutulis.
Biarkan saja tulisanku tenggelam dilautan lepas,
Atau terbentang dilangit yang luas,
menemani bulan dimalam yang buas.
Atau biarkan saja sajakku bertabur bersama serpihan mercon diudara yang berhembus,
Pijar-pijar kembang api yang membombardir langit terus menerus,
Serpihan warna-warninya bertaburan membuat cakrawala indah terhias.
Barangkali itu cara melepasmu yang tak ingin dilepas.
Biarkanlah, dilangit yang penuh warna, ada setitik sajak yang dalam samarnya siap melepasmu pergi, melambaikan tangannya dari jauh sembari berterima kasih sepenuh hati yang tulus.
Terima kasih atas segalanya yang tak mungkin terbalas.
Terima kasih tak ada luka yang kau gores,
Terima kasih atas senyum yang kau garis.
Terima kasih untuk hari-harimu ku tertawa puas.
Terima kasih untuk novembermu dihari yang keempat belas.
Terima kasih untuk satu detikmu disuatu malam yang membuatku berubah drastis,
Detik terdramatis yang berujung romantis,
Detik yang kini sedang dinanti miliaran pasang mata yang menolak tertidur pulas.
Terima kasih atas anugrah yang tuhan titip lewatmu, hadiahku yang termanis.
Terima kasih, hadiah itu akan ku jaga selalu hingga nafas tak lagi berhembus.
Terima kasih dan selamat jalan, semua tentangmu adalah yang terindah, aku akan mengenangmu dengan kenangan termanis.
Untukmu hadiahku, berterima kasihlah padanya dengan tulus, sebagaimana tulusnya rasa yang kita miliki. Dia telah pergi dan tak kan kembali lagi maka kenanglah dia dengan sebaik-baiknya kenangan sebagaimana baiknya ia mengukir kenangan tentang kita.
Terima kasih juga untukmu yang telah datang di 48 hari terakhir 2019,
Terima kasih untuk warna-warni yang telah kau beri hingga kini dipenghujung 2019.
Semoga nanti ditahun yang baru, rasa kita tetap sama, raga kita tetap berdua dan hati kita pun tetap satu yang utuh.
Satu hal yang pasti bahwa jikalau nanti aku pun pergi sebagaimana 2019 yang akan berlalu,
Percayalah bahwa hatiku tetap tertinggal disebelah mu walaupun jantungku yang tak lagi berdetak.
Ku titip rindu pada bola matamu yang berpijar, jika nanti aku tak ada lagi dibumi tempatmu berpijak.
..
No comments:
Post a Comment