SURAT KECIL UNTUKMU, 2020 - Sajak Pelukis Jejak

Sajak Pelukis Jejak

Disaat jejak mulai berpijak, Disitulah sajak mulai bersejak.

Selamat Datang di Blog Mata Sami

Friday, January 3, 2020

SURAT KECIL UNTUKMU, 2020

00.01


Kupang, 04-01-2020
Pukul 00.01
.
.
2020 yang berusia dini.
Dilembarmu yang hendak berjalan seminggu ini, aku mencoba menulis keindahan disepanjang hari. Tanpa bosan akan terus kucoba sampai nanti, sampai saat dimana  kau pergi tak kan kembali. Hanya bahagia yang penuh terisi, dalam lembaran kusam tersusun rapi. Tanpa ada hati terbakar api, tak ada airmata mencoret pipi. Tanpa sobekan kisah pilu mengiang dalam memori. Hingga nanti.. aku pun menutup bukumu dengan wajah berseri, tanpa sedikitpun rasa sesal didasar hati.

Wahai 2020 yang ceria.
Tolong jangan hadirkan pilu dan derita. Jangan datangkan padaku duka dan lara. Beri saja aku suka cita tanpa tersisip luka. Bantu aku yang sedang mengeja bahagia. Kuatkan langkahku yang terus maju kemuka. Jangan rebut apapun yang sudah ku punya. Jangan renggut siapapun yang sangat kucinta. Jangan renggas harapan yang telah nyata. Jangan lepas genggaman yang telah ada. Jangan hapus senyum dibibirnya yang merona. Jangan pernah lukis sedih diwajah mereka. Tak boleh ada air mata selain air mata bahagia.

Wahai 2020 yang sedang berkabut.
Kupinta padamu sebelum terlampau gabut. Tak apa-apa wajahku kau buat kusut. Aku rela senyumku termakan keriput. Aku salut bila pikiranku tak kau buat kalut. Rasa yang telah ada tak boleh menyusut, seperti ombakmu yang pasang surut.

Dimalammu yang sering ku terlarut, mari..kita saling memeluk erat dan berjabat, sebagaimana pendahulumu yang bersahabat; Yang pergi tanpa meninggalkan rasa pahit meski sedikit; Yang pergi setelah membuat hatiku tertambat. Dia pergi menitipkan sang penambat; Tambatan hati yang terlambat kusadari dengan jahat; Yang kini kusayangi dengan setulus hati sepenuh jagat; Yang akan kusakiti dengan mustahil teramat sangat.

2020.. Kini kau sebagai penerus, yang akan menaungi hariku terus menerus, yang harus kulalui hingga ujung batas. Dijalan panjangmu yang akan kutembus, pasti saja ada duri yang menusuk sadis, selalu ada sembilu yang menyayat pedis. Tapi aku yang egois, hanya ingin kisah manis. Tak ada tatapan-tatapan sinis. Tanpa ada luka yang tergores, hanya ada suka cita tergaris. Dengan warna-warni indah rapi berbaris, aku hanya ingin perjalananku mulus. Seperti sajak yang kutulis, jejakku berpijak selalu tulus.

Dua ribu dua puluh..
Sebelum kau melangkah terlalu jauh, aku ingin mengucap selamat sebelum nanti mengecupmu yang hendak berpisah. Selamat datang untukmu 2020, tahun puluhan pertama abad 20. Basahi terus januarimu dengan hujan, jangan kau taburi airmata dipipinya yang menawan. Hingga nanti agustusmu tandus nan gersang, senyumnya tak boleh menghilang. Selamanya ku ingin senyum itu selalu ada, hingga nanti bila bangsa keriput mulai melanda; Dijalan setapak kecil tanpa alas telapak, aku yang egois hanya ingin dia yang kupeluk. Dengan tangan yang saling menggenggam, dengan hati yang bersih tanpa ada dendam. Kami berjalan menikmati mentari yang hendak tenggelam, sembari bercerita tentang kisah cinta dua anak adam. Yang pernah saling mencintai dengan begitu dalam, sedalam-dalamnya lautan tapi cinta itu tak pernah karam.

Itulah cinta kami yang akan selalu abadi, dalam sajak yang ku tulis sepenuh hati, dalam jejak yang berpijak hati-hati. Seperti ditahunmu kini, di 2020 hari ini. Maka bantulah kami menjaga tali cinta yang telah terikat mati. Yakinlah kami akan mengenangmu nanti, dengan kenangan termanis meski harus mengingat kembali dengan setengah mati.
Percayalah itu pasti. 

..





2 comments: